Nurhidayati, Sosok Kartini Masa Kini: Cerdas, Berani, dan Peduli

           Nurhidayati, SPd (kiri) dan siswa 
              Cut Nurul Zahara (kanan) saat
          mengikuti Lomba Kewirausahaan
                                SMK Aceh


Kartini masa kini itu bernama Nurhidayati, SPd. Sosok guru Desain Pemodelan Busana (DPB) di SMK Negeri 1 Jeunieb. 

Tahun lalu, dirinya terpilih sebagai fasilitator Program Bhineka Itu Kita (BAIK). Program ini diselenggarakan oleh Pusat Penguatan Karakter, Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi. 

Bu Nanda panggilan akrabnya bukan hanya hadir untuk mengajar, tetapi untuk masuk ke dalam ruang imajinasi siswa, memahami mereka dari dalam dunia yang mereka kenal.

Baginya, menjadi guru bukan tentang menjadi pusat perhatian, tetapi tentang menjadi pendengar yang baik.

"Saya belum menjadi guru yang sempurna. Hanya seseorang yang sedang belajar untuk lebih dekat dengan dunia para taruni (sebutan untuk siswi di SMKN 1 Jeunieb),” tutur Bu Nanda, Sabtu (19/4) pagi, saat wawancara di sela-sela kegiatan gotong-royong bersama di SMKN 1 Jeunieb. 

Nurhidayati yang juga Alumni SMK Negeri 1 Jeunieb tahun 2016 percaya bahwa pembelajaran yang berpusat pada siswa adalah kunci membuka pintu masa depan.

Dengan penuh semangat, Bu Nanda terus menyesuaikan cara mengajarnya agar selaras dengan karakter dan minat para murid. 

Menurut Bu Nanda, mengajar di SMK adalah tantangan luar biasa.

“Tempat ini bukan hanya tempat anak-anak belajar untuk lulus, tapi untuk siap menghadapi hidup,” ujarnya.

Ia dan para guru lainnya tidak hanya membekali siswa dengan ilmu, tetapi juga dengan keyakinan dan kekuatan untuk menghadapi dunia industri serta harapan keluarga yang mereka pikul.

Sebagai sosok perempuan pendidik, Bu Nanda mencerminkan semangat Kartini masa kini

Baginya, menjadi guru bermutu bukan tentang tahu segalanya. Tetapi tentang kemauan untuk berjalan bersama, melihat setiap anak dengan cara yang berbeda, dan menyadari bahwa setiap mimpi layak untuk diperjuangkan.

Kartini pernah berkata, seorang guru bukan hanya sebagai pengasah pikiran saja, melainkan juga sebagai pendidik budi pekerti. 

Sebuah kalimat bijak dari seorang Raden Ajeng Kartini yang menyentuh untuk dijadikan refleksi Kartini-Kartini masa kini, terutama bagi mereka yang terpanggil menjadi seorang guru seperti Bu Nanda. 

Bu Nanda percaya bahwa setiap guru perempuan adalah Kartini yang tak selalu terlihat, tapi tetap berjuang dalam diam. 

“Memeluk mimpi-mimpi kecil di depan kelas dan perlahan menuntunnya menuju cahaya." Terangnya.

Lalu, bagaimana taruna-taruni SMKN 1 Jeunieb menyikapi perjuangan dan semangat Kartini di zaman sekarang? Apakah semangat itu masih relevan di era teknologi, media sosial, dan tantangan dunia kerja?

Masih menurut Bu Nanda, Kartini sangat menekankan pentingnya pendidikan. Meski sudah lebih dari satu abad berlalu, nilai-nilai perjuangan ibu kita Kartini tetap sangat relevan, terutama bagi generasi muda khususnya taruna-taruni SMKN 1 Jeunieb. 

"Hari ini, taruna-taruni SMKN 1 Jeunieb terus memanfaatkan kesempatan belajar sebagai bekal untuk masa depan, " Ulasnya.

Lebih lanjut, Bu Nanda, di era media sosial, keberanian berbicara masih sangat dibutuhkan. Taruna-taruni SMKN 1 Jeunieb harus berani menyuarakan kebenaran. Tapi bukan asal bicara, melainkan dengan tanggung jawab dan integritas.

Supaya melek teknologi dan berdaya, selama ini taruna-taruni SMKN 1 Jeunieb juga di ajak menulis dan membuat konten kreatif. Mereka mengangkat tokoh-tokoh inspiratif di lingkungan mereka sendiri—guru, ibu, bahkan teman sekelas—yang dianggap mencerminkan nilai-nilai Kartini. Menarik, karena mereka tidak mencari figur dari luar, tapi belajar menghargai orang-orang di sekitar mereka, jelasnya lagi.

Di samping itu, katanya, semangat Kartini untuk keadilan dan kemanusiaan para taruna-taruni di sini mewujudkannya dalam kampanye melawan perundungan dan diskriminasi di sekolah. Ini jadi pengingat bahwa perjuangan tidak melulu soal gender, tapi juga tentang menjadi manusia yang saling menghargai.

Di akhir wawancaranya, Bu Nanda mengatakan bahwa Kartini ada di dalam diri kita. Peringatan Hari Kartini bukan hanya tentang masa lalu, tapi juga tentang masa depan. Ibu kita Kartini mengajarkan bahwa perubahan besar bisa dimulai dari satu langkah kecil, dari satu suara, dari satu niat untuk tidak tinggal diam, ujarnya. 

Di akhir pembicaraan dengannya, Bu Nanda menegaskan: "Lihatlah, para taruna-taruni SMKN 1 Jeunieb menunjukkan bahwa semangat Kartini masih hidup dan berkembang, mengikuti zaman, tanpa kehilangan makna. Dari kelas, dari bengkel, dari layar laptop atau smartphone, mereka bisa menjadi Kartini-Kartini baru yang membawa cahaya untuk Indonesia yang lebih baik".

Penulis Fodic

Editor Humas

Post a Comment

Lebih baru Lebih lama