Perkembangan teknologi, perubahan sosial, dan derasnya arus informasi menjadikan tantangan orang tua dalam mendidik anak jauh berbeda dibandingkan dengan masa lalu.
Anak-anak zaman sekarang atau sering disebut generasi Alpha dan generasi Z, tumbuh di era digital yang serba cepat, penuh distraksi, namun juga kaya akan peluang. Pola asuh yang dulunya dianggap efektif pada generasi sebelumnya kini tidak lagi relevan
Dulu mungkin orang tua kita percaya bahwa anak harus patuh tanpa banyak bicara kalau salah dicubit. Kalau bandel diteriaki.
Tapi sekarang kita tahu, cara itu bukan membentuk karakter tapi justru meninggalkan luka yang dibungkam dan mendalam.
Berikut beberapa alasan parenting zaman old sudah tidak relevan untuk pola asuh anak di era modern.
1. Perubahan Pola Hidup dan Lingkungan Sosial:
Zaman dulu lingkungan sosial cenderung homogen, informasi terbatas, dan pengaruh eksternal minim.
Sekarang anak-anak hidup dalam era digital dengan akses luas terhadap informasi dan berbagai budaya. Ini menuntut pola asuh yang lebih terbuka, komunikatif, dan adaptif.
2. Dominan Pola Asuh Otoriter Sudah Tidak Efektif
Zaman dulu banyak orang tua menerapkan pola otoriter (anak harus nurut tanpa bertanya).
Sekarang anak-anak lebih kritis dan perlu diajak berdiskusi. Pola asuh demokratis yang melibatkan anak dalam pengambilan keputusan lebih dianjurkan.
3. Kesadaran Emosional dan kesehatan mental
Zaman dulu emosi anak sering diabaikan, menangis dianggap lemah, dan ekspresi diri ditekan.
Sekarang kesadaran akan pentingnya kesehatan mental dan validasi emosi anak meningkat. Anak perlu merasa didengar dan dimengerti.
4. Pendidikan dan Teknologi berkembang pesat
Zaman dulu pendidikan formal terbatas, dan orang tua lebih fokus pada kerja fisik.
Sekarang anak dituntut punya kecerdasan emosional, social, digital, dan kreativitas. Pola asuh harus menyesuaikan perkembangan zaman
5. Hubungan Orang tua dan anak lebih setara
Zaman dulu anak dianggap sebagai milik orang tua, sehingga tidak punya suara.
Sekarang anak dianggap sebagai individu utuh dengan hak yang setara.perlu pendekatan yang menghargai suara dan pilihan anak.
Dampak Ilmu psikologi modern
Ilmu parenting kini banyak didukung oleh riset psikologi dan neuroscience, yang menunjukkan bahwa pendekatan keras dan hukuman fisik justru berdampak buruk jangka Panjang.
Dunia anak sudah berubah, tapi banyak orang tua masih memakai cara lama. Zaman dulu orang tua adalah satu-satunya sumber kebenaran. Anak tidak banyak bertanya hanya menurut.
Tapi hari ini, anak-anak tumbuh dengan akses luas terhadap pengetahuan , pemikiran kritis, dan teknologi yang membutuhkan cara pandang mereka sejak dini.
Jika kita tetap mendidik dengan pola otoriter tanpa ruang dialog, anak akan menjauh, bukan mendekat
Pola asuh yang mengandalkan ketakutan menyisakan luka yang tak terlihat, teriakan, bentakan dan ancaman sering dianggap ampuh untuk mendisiplinkan.
Tapi riset membuktikan anak yang dibesarkan dengan pola otoriter cenderung mengalami kecemasan, kehilangan harga diri, dan memiliki relasi yang buruk dengan orang tuanya saat dewasa.
Ketundukan yang dibentuk oleh rasa takut bukanlah keberhasilan, tapi bom waktu
Kekerasan verbal dulu dianggap biasa sekarang terbukti merusak. Kata-kata seperti “kamu bodoh”, “pemalas”, atau “anak nggak tahu diri” mungkin dulu dianggap biasa, bahkan “ pendorong semangat”.
Namun kini terbukti bahwa label negative secara berulang dapat melumpuhkan perkembangan mental anak. Ia tumbuh merasa tidak cukup berharga, bahkan sebelum mengenal potensi dirinya sendiri.
Anak zaman sekarang tidak butuh disuruh diam, tapi didengar. Anak hari ini ingin dimengerti. Mereka tidak hanya butuh arahan, tapi juga rasa dihargai dalam proses tumbuhnya.
Meminta anak patuh tanpa diskusi tidak lagi efektif. Justru, anak yang merasa didengar dan dipahami akan lebih mudah menerima nasihat dan membangun kedekatan yang sehat.
Ilmu parenting sudah berkembang, sayang jika diabaikan. Saat ini, ilmu pengasuhan sudah jauh lebih kaya. Ada panduan dari riset psikologi, neurosains perkembangan anak, hingga parenting islami modern yang mendorong pendekatan penuh cinta dan kesadaran diri.
Menutup diri dari ilmu baru sama saja menutup potensi kita menjadi orang tua yang lebih baik.
Kita tidak sedang melawan warisan orang tua kita. Tapi dunia telah berubah, dan anak-anak kita hidup di zaman yang sanagat berbeda. Kita adalah jembatan antara nilai-nilai baik masa lalu dan tantangan kompleks masa kini.
Jangan malu untuk belajar ulang. Karena mencintai anak bukan hanya soal memberi, tapi juga tentang berani mengubah diri.
Didiklah anakmu sesuai dengan jamannya, karena mereka hidup bukan dijamanmu (Ali Bin Abi Thalib).
Editor Fodic
Sumber Melintas.id
Posting Komentar