Oleh : Ramadhan S.Pd.
Lahir di Desa Geulangang Teungoh, Kota Juang, Bireuen, 41 tahun yang lalu, tepatnya pada 10 juli 1984. Saya berasal dari keluarga miskin dengan tujuh bersaudara, sejak kecil saya sudah menyimpan keinginan untuk bisa melanjutkan sekolah pendidikan setinggi-tingginya, meskipun kondisi keluarga dengan segala keterbatasan.
Di dalam rumah, tidak ada buku cerita. Tidak ada majalah anak. Tidak ada rak buku. Yang ada, mimpi-mimpi yang terpaksa disimpan karena terlalu mahal untuk dibayar. Cerita ini bukan fiksi. Ini kenyataan yang terekam dalam data.
Saat duduk di bangku SD, saya jarang sekali memiliki uang jajan, bahkan untuk membeli minyak rambut pun tidak mampu. Setelah pulang sekolah, biasanya saya pergi mencari rumput untuk ternak. Kadang saya juga membantu orang lain dengan berbagai pekerjaan, ada yang memberi upah, kadang tidak.
Memasuki kelas satu SMP, tepat di usia 12 tahun, saya mulai bekerja di sebuah toko yang menjual dan membuat peralatan rumah tangga yang terletak di pusat kota Bireuen. Dari pekerjaan itu saya mendapat upah Rp500 rupiah per hari, atau Rp200 jika hanya bekerja setengah hari. Malam harinya, saya tetap pergi mengaji di kampung.
Pada masa itu, tahun 1996 rokok yang sedang populer adalah Djisamsoe dengan harga 100 rupiah per batang. Jika dihitung, gaji saya setengah hari hanya senilai 2 batang rokok. Banyak teman sebaya saya sudah mulai merokok, bahkan ketika duduk di bangku SMK hampir semua teman saya merokok. Namun saya berkomitmen dalam hati untuk tidak akan merokok sebelum menjadi sarjana.
Hasil kerja semasa SMP saya tabung, sehingga bisa melanjutkan sekolah ke SMK. Begitu juga ketika di SMK, saya tetap bekerja sambil menabung hingga akhirnya saya bisa melanjutkan kuliah.
Alhamdulillah, berkat kerja keras, disiplin, dan komitmen untuk tidak merokok sebelum sarjana, akhirnya saya berhasil meraih gelar sarjana.
Penulis adalah Ketua jurusan teknik mesin SMKN 1 Jeunieb.
Posting Komentar